Kamis, 26 Januari 2017
Cerpen 1000 kata tema:Lingkungan Sehat
SUNGAI
BERSIH, BANJIR PUN PERGI
Pada siang hari, di sebuah hutan
yang sangat lebat terdapat rumah tua,rumah itu tidak ada penghuninya dan
terlihat sungai yang cukup besar di dalamnya namanya Sungai Cikeas. Hutan
tersebut selalu di tutupi pohon-pohon besar. Sungainya pun airnya sangat jernih
dan menyegarkan, sangat indah untuk di lihatnya. Pada suatu hari, terdengar
bahwa sebentar lagi di pinggir hutan akan di bangun sebuah pabrik besar, pabrik
pengolah bahan-bahan industri. Pabrik tersebut rencananya akan di bangun tepat
menghadap depan sungai Cikeas. Para penghuni hutan sangat terkejut mendengar
kabar tersebut, terutama Pak Diyan yang sering menjelajah hutan itu. Ia berpikir
bahwa nantinya pabrik industri tersebut akan membuang limbah-limbah hasil
olahannya. Jika itu terjadi, kelangsungan hidupnya akan terancam. Ia tidak
ingin sampai hal itu terjadi. Sungai Cikeas terasa sejuk karena di atas hutan
terdapat pohon-pohon yang di tanami oleh Pak Diyan dan Pak Joko, mereka adalah
laki-laki rajin yang sering membersihkan hutan dan ia di perintahkan oleh Pak
Sakti pemilik hutan itu, supaya tetap menjaga kebersihan hutan tersebut. Suatu
hari, Pak Joko berencana untuk mengunjungi sungai. Ia ingin bertemu dengan Pak
Diyan. Karena sudah beberapa hari tidak bertemu. Pak Joko pun jarang pergi ke
hutan itu, karena ia sakit dan kondisinya pun sudah tua. Setelah menelusuri
hutan lebat. Pak Joko bertemu dengan Pak Diyan di pinggir sungai.
Kemudian
mereka saling berbincang-bincang. Pak Diyan pun bercerita tentang keadaan yang
sedang ada di hutan saat ini, masalah yang di hadapi berkaitan dengan akan di bangunnya
pabrik industri yang letaknya di pinggir sungai. Pak Diyan sangat khawatir
dengan dengan hal seperti ini dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya, karena
Pak Sakti marah apabila sampai ada pembangunan pabrik industri. Pak Joko pun mendengarkannya
karena ia tidak tahu yang sedang terjadi di hutan ini. Pak Diyan meminta solusi
kepada Pak Joko. Namun, Pak Joko dimintai solusi ia merasa ketakutan mendengar
cerita Pak Diyan. Pak Diyan pun bertanya kepada Pak Joko mengapa ia merasa
ketakutan setelah mendengar cerita Pak Diyan. Katanya Pak Joko merasa khawatir
jika pabrik itu di bangun, pabrik tersebut akan mengganggu kesehatan dan akan
mengeluarkan asap berpolusi yang akan mencemari udara. Asap tersebut akan
merusak dirinya dan semua penghuni hutan. Tidak terasa sudah pukul lima sore,
mereka belum menemukan solusi masalah yang mereka hadapi. Namun, mereka berdua
kembali ke atas hutan karena hujan turun dengan derasnya dan mereka pulang ke
rumah masing-masing. Pak Diyan dan Pak Joko telah sepakat untuk meneruskan
pembicaraan keesokan harinya. Keesokan harinya, pukul enam pagi, pak Joko yang
awal datang ke hutan itu, tidak lama kemudian setelah Pak Joko duduk di bawah
pohon besar ternyata Pak Diyan datang menghampirinya karena mereka ingin melanjutkan
pembicaraan yang terpotong kemarin. Belum sempat mereka berbicara, tiba-tiba
terdengar orang yang sedang berjalan ke arah mereka, tanpa mereka melihat ke arah
belakang. Ternyata yang datang adalah Pak Sakti dan putranya bernama Bisma. Ia
melihat keadaan hutan. Pak Sakti memanggil Pak Diyan dan Pak Joko, mereka
berdua segera menemui Pak Sakti. Pak Sakti pun mengajak mereka untuk pergi ke
pinggir hutan. Setelah sampai di pinggir hutan Pak Sakti sangat terkejut dan ia
tidak percaya apa yang di lihatnya, ia melihat truk besar yang ada di sana. ia
juga melihat banyak pekerja yang sedang sibuk mempersiapkan alat-alat dan
sebagainya. Nampaknya mereka ingin membangun sesuatu di pinggir hutan itu. Pak
Diyan dan Pak Joko sangat ketakutan, ia menceritakan tentang rencana pembangunan
pabrik besar di pinggir hutan di ceritakannya kepada Pak Sakti. Jantungnya berdetak,
dan wajanya memucat. Kemudian Pak Sakti dan putranya memutuskan untuk pergi
dari hutan itu, ia tidak percaya apa yang telah di katakana oleh Pak Diyan dan
Pak Joko.Sudah hampir dua bulan pabrik itu berdiri. Pak Diyan dan Pak Joko semakin
khawatir saja.
Tidak lama kemudian mereka mengabari teman-temannya untuk dating ke
hutan dan mereka memberikan solusi. Mereka tidak tahu harus berbuat apa, mereka
hanya menunggu apa yang akan terjadi untuk selanjutnya. Keesokan harinya Jemi
adalah anaknya Pak Joko. Ia sedang berjalan di sekitar pabrik tiba-tiba ia terkejut
melihat di pinggir sungai banyak tumpukan sampah dan kayu-kayu sisa pembangunan
terapung di sungai. Terlihat sangat kotor dan berbau menyengat sehingga dapat
mengganggu pernapasan manusia. Ia segera pulang ke rumah untuk memberitahukan
apa yang terjadi di hutan.Sesampainya di rumah, Jemi segera memberitahu Pak
Joko, ia melihat dengan jelas bahwa para pekerja pabrik membuang sampah dengan
seenaknya saja. Kebetulan di rumah Jemi sedang ada pak Diyan dan
teman-temannya. Segera mereka berbicara untuk mengatasi masalah ini. Pukul satu
siang, semua berkumpul di hutan. Setelah semuanya datang Pak Sakti dengan muka serius
menerangkan semua masalah yang mungkin akan mengancam kehidupan hutan. Semua
dengan tenang mendengarkan Pak Sakti berbicara semuanya mengelurakan ide-ide.
Namun, semuanya hampir putus asa dan merasa bingung. Namun, lain halnya dengan Jemi,
ia cukup cerdik untuk menyelesaikan masalah ini. Sejak tadi, terlihat sangat santai
tanpa mengeluarkan pendapat. Hari sudah sore, saat semua terlihat bingung tiba-tiba
Jemi angkat tangan, sepertinya ia ingin mengeluarkan pendapat. “Selamat sore
bapak- bapak…..” Jemi berkata. “Kita
memang sedang di hadapkan pada masalah yang sangat sulit, kita semua tidak
boleh panic ataupun merasa takut, kita harus menyelesaikan masalah ini dengan
baik, saya punya usul, apakah bapak-bapak setuju membuat bencana dan merusak
pabrik yang sudah di bangun?” tanya Jemi. “Apa maksudmu membuat bencana?” tanya
Pak Sakti. “Maksudku adalah membuat bencana banjir agar pembuatan pabrik tidak bias
di lanjutkan.” jawab Jemi. “Bagaimana caranya nak?” tanya Pak Sakti. “Raja,
untuk masalah seperti ini Raja bisa menyerahkan semuanya kepada kami dan Pak
tinggal menunggu hasilnya saja.” kata Jemi menjawab dengan tenang. “Apakah
benar itu semua?” tanya Pak Sakti. “Benar Pak, kami akan menyelesaikan dan menyelamatkan
hutan ini” jawab Jemi, berbicara dengan yakin. “Saya akan menyerahkan kepada
kalian semua. Apakah semuanya siap?” tanya Pak Sakti. “Siiiaaaapppp,,,,,,”
jawab serentak. Pada pagi harinya, semua para penghuni hutan kembali untuk melaksanakan
rencana Jemi dan semua orang yan datang membagagi-bagi tugas masing-masing. Pertama
bekerja adalah Jemi, ia dengan beberapa orang pergi ke pembangunan pabrik dan sungai.
Tiba-tiba hujan pun turun.
Semakin lama hujan turun
semakin lebat. Semua orang yang berada di pabrik panik. Air sungai meluap dan
mulai menggenangi area pabrik, bahan-bahan bangunan belum sempat di selamatkan
sudah hancur terbawa arus sungai. Para pekerja tidak berani menyelamatkan
alat-alat yang hanyut karena terbawa arus sungai yang sangat deras.bukit-bukit
mulai melongsorkan tanah. Semua alat tidak bisa digunakan lagi. Bangunan pabrik
hampir jadi, setelah turun hujan yang sangat deras, kini sudah rata dengan tanah.
Para pekerja sangat kebingungan, mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Mereka
hanya melihat bangunan yang mereka baru saja bangun sudah hancur. Mereka tidak
tahu apakah ini akan dilanjutkan atau tidak. Mereka menunggu keputusan dari
bos. Hujan pun turun, mereka terlihat sangat sedih, kesal dan juga marah. Para
pekerja pergi dari tempat pembangunanpabrik dan meninggalkan semua alat perlengkapan.mereka
segera melapor apa yang baru saja terjadi di hutan. Keesokannya, Raja Sakti mengumpulkan
orang yang telah membuat. Pak Sakti ingin berterimakasih kepada semuanya karena tela berhasil menyelamatkan hutan
dan pemcemaran limbah pabrik industri. Semua terlihat sangat senang dan
bahagia. Kini pembangunan pabrik di hutan tidak di lanjutkan lagi. Hutan bebas
dari ancaman polusi dan limbah pabrik. Semua penghuni hutan menjalani kehidupan
seperti biasanya dan mereka hidup dengan tenang.
Langganan:
Postingan (Atom)